Seperti layaknya kita punya dokter favorit, rasa2nya dokter juga bisa punya pasien favorit. Dan aku juga punya...
Macam2 pasien di bangsal itu. Bukan hanya beragam penyakitnya, tapi beragam pula caranya menanggapi penyakit itu sendiri. Kebanyakan sih sekarat, melas, dan tidak punya gairah hidup. Tapi tidak semuanya. Ada pasien yang bisa tersenyum ikhlas walau diperiksa berulang2 kali, mengajak pasien lainnya ikut tersenyum dan optimis, atau bahkan satu bangsal jadi tertawa terbahak2 karena ulahnya walau sebenarnya dia sendiri sedang dalam pengawasan ketat.
Pasien favoritku yang selalu tersenyum, jangan dibayangkan orangnya rapi dan ‘enak dilihat’, rambutnya selalu acak2an sama seperti bajunya yang kumal, karena penyakitnya maka perutnya terlihat membesar. Tapi entah kenapa setiap ditanya ia selalu optimis, “Yang memberi kesembuhan itu gusti Allah tho, Dok...” ujarnya disela2 pemeriksaan rutin yang kulakukan. Belakangan ia dipindah dari bangsal penyait dalam ke bedah. Aku menyalaminya. Meski tanpa ada anggota keluarganya yang menunggui dan masih mengantri jatah operasi, ia manjalaninya tanpa banyak mengeluh.
Semoga cepat sembuh ya bu, tetap ceria, dan terimakasih telah memberi banyak ilmu pada kami.
Baru kali ini maen k blogx ulin..lucu deh tampilannya..
ReplyDeleteSmangat y ulin!!