Daun-daun berguguran, digantikan pucuk2 daun muda. Kematian adalah rahasia alam, tapi juga sekaligus sebuah kepastian. Hanya saja, kita tidak pernah tahu kapan dan bagaimana kita akan mengakhirinya.
***
Pemakaman terakhir yang kuhadiri sebelum ini, yang hingga benar2 sampai di lokasi pemakamannya, kurang lebih dua tahun lalu. Saat itu cuacanya juga mirip seperti sekarang. Udara sangat panas, matahari enggan berbaik hati menyengatkan sinarnya, jika temperatur diukur mungkin mencapai 35 derajat celsius. Akan tetapi, ketika saatnya jenazah akan menemui asal penciptaannya, yang dari tanah kembali ke tanah, tiba-tiba saja awan bergerak memayungi, angin semilir pelan menyejukkan, hingga kemudian doa-doa panjangpun bisa dipanjatkan dengan lebih tenang.
Berbeda dengan pemakaman yang lalu, yang dipenuhi dengan pelayat, berpakaian hitam-hitam, yang asing wajah2nya bagiku. Pemakaman kali ini jauh lebih sederhana, di tempat pemakaman umum, tanpa upacara kenegaraan yg bersifat simbolis, tanpa derap langkah prajurit, dan tanpa tembakan senapan ke udara. Yang hadir, aku tahu, sebagian besar adalah kerabat, sebagian kecilnya tetangga, dan beberapa remaja masjid yang membantu mengusung keranda. Prosesinya berlangsung cepat. Secepat perginya ia, batinku.
***
Nisan baru. Warnanya dibuat serupa dengan warna nisan2 di sekelilingnya. Kelak, saat hari raya nanti, ada satu nisan lagi yang akan mendapat anggrek dan mawar kami. Yah, jika kami tidak segera menyusulnya. Semoga ia, amal, dan ibadahnya diterima disisi Allah SWT.
Oh My ..
ReplyDeleteAku merinding membaca posting ini..
Begitu sederhana, tapi juga... (aku gak bisa mendeskripsikan keagungannya)
Hi Ulin,, salam kenal :)