“Kenapa babi haram?”
“Sebab diharamkan di Al-Qur’an, dan Al-Qur’an adalah pegangan hidup seorang muslim.”
“Ya, saya tahu, tapi kenapa?”
Mendadak ia merasa bodoh. Mendadak, tapi sebenarnya tidak juga, ia pernah mengalami kejadian seperti ini sebelumnya, beberapakali, dan ia masih saja tak mengerti.
Jika baginya sendiri, jawaban itu cukup. Sederhana dan masuk akal. Ia muslim, ia meyakini Al-Qur’an, dan ia melaksanakannya, toh masih banyak makanan yang halal juga. Tapi mungkin masalahnya tidak sesederhana itu bagi orang lain, apalagi bagi seorang teman yang bukan muslim. Penasaran. Ia jadi ikut penasaran dan mencari jawabannya. Kali ini yang seilmiah mungkin, masuk logika manusia, dan bisa dijelaskan.
“Setidaknya ada tiga hal,” dalam sebuah diskusi kelompok kami bersemangat membahasnya. “Pertama, DNA babi mirip dengan DNA manusia.”
Ya, ya, dia sudah tahu itu. Ia tahu benar itu. Makanya banyak bagian dari babi yang digunakan pada, misalnya, pembuatan insulin, atau transplant, mengurangi suatu reaksi penolakan imunologis.
“Padahal
“Yang kedua, babi itu tidak punya leher, padahal kita diperintahkan untuk menyembelih hewan dibagian lehernya.”
Benar juga, seumur2 tidak pernah lihat leher babi, hihihi…
“Selanjutnya mari kita misalkan dalam 1 kandang kita masukkan dua babi jantan dan satu babi betina, di kandang yang lain kita masukkan dua ayam jantan dan dua ayam betina. Maka apa yang terjadi?”
Alasan yang ketiga ini membuat kami menebak-nebak.
“Kalau ayam jantan mereka akan memperebutkan yang betina menjadi pasangannya, dan ayam jantan itu tidak akan membiarkan pasangannya atau si ayam betina itu diganggu oleh ayam jantan lainnya.”
“Sedangkan pada dua babi jantan itu, mereka malah akan bergantian berhubungan dengan yang betina. Dan Islam menghindari sifat yang seperti itu!”
Interesting...
ReplyDeleteSaya sering ditanya hal semacam ini oleh teman-teman yang bukan muslim ataupun atheis di LN. Dan saat itu saya menjawab, "It was forbidden by the Quran. And with religion, it's about worshipping and obeying the rules. These rules does not necessarily reflect a pragmatic or practical purpose. And because it's religious, people don't always initially react with the question why. People now can try to figure out the reason or advantage of obeying that rule, but those reasons and advantages don't necessarily cause the rules to exist in the first place"
Dalam hal ini, kita bisa mendiskusikan manfaat atau kenapa babi haram, tapi kenapa babi awalnya sampai diharamkan belum tentu disebabkan alasan-alasan itu. Kita sekedar menebak secara empiris saja.
Implikasi pernyataan saya di atas, apa yang dipaparkan Ulin belum tentu saya setujui, tapi toh saya tetap tidak makan babi.
Dan mungkin ini dualisme yang aneh, saya yang cenderung rasional kembali ke pernyataan :I just do it because it's the rule in Islam.
Tapi mungkin itu filosofi dan kenyataan yang saya jalani sebagai muslim yang ada di Eropa dan mendapati pertanyaan-pertanyaan ini dari kawan-kawan yang beda keimanan.
salam,
Dr. R
Fakta-fakta berikut cukup membuat seseorang untuk segera menjauhi babi:
ReplyDelete1. Babi adalah hewan yang kerakusannya dalam makan tidak tertandingi hewan lain. Ia makan semua makanan di depannya. Jika perutnya telah penuh atau makanannya telah habis, ia akan memuntahkan isi perutnya dan memakannya lagi, untuk memuaskan kerakusannya. Ia tidak akan berhenti makan, bahkan memakan muntahannya.
2. Ia memakan semua yang bisa dimakan di hadapannya. Memakan kotoran apa pun di depannya, entah kotoran manusia, hewan atau tumbuhan, bahkan memakan kotorannya sendiri, hingga tidak ada lagi yang bisa dimakan di hadapannya.
3. Ia mengencingi kotoranya dan memakannya jika berada di hadapannya, kemudian memakannya kembali.
4. Ia memakan sampah, busuk-busukan, dan kotoran hewan.
5. Ia adalah hewan mamalia satu-satunya yang memakan tanah, memakannya dalam jumlah besar dan dalam waktu lama, jika dibiarkan.
6. Kulit orang yang memakan babi akan mengeluarkan bau yang tidak sedap.
7. Penelitian ilmiah modern di dua negara Timur dan Barat, yaitu Cina dan Swedia –Cina
mayoritas penduduknya penyembah berhala, sedangkan Swedia mayoritas penduduknya sekular menyatakan: daging babi merupakan merupakan penyebab utama kanker anus dan kolon. Persentase penderita penyakit ini di negara-negara yang penduduknya memakan babi, meningkat secara drastis. Terutama di negara-negara Eropa, dan Amerika, serta di negara-negara Asia (seperti Cina dan India ). Sementara di negara-negara Islam, persentasenya amat rendah, sekitar 1/1000. Hasil penelitian ini dipublikasikan pada 1986, dalam Konferensi Tahunan Sedunia tentang Penyakit Alat Pencernaan, yang diadakan di Sao Paulo .
Kini kita tahu betapa besar hikmah Allah mengharamkan daging dan lemak babi. Untuk
diketahui bersama, pengharaman tersebut tidak hanya daging babi saja, namun juga semua makanan yang diproses dengan lemak babi, seperti beberapa jenis permen dan coklat, juga beberapa jenis roti yang bagian atasnya disiram dengan lemak babi. Kesimpulannya, semua hal yang menggunakan lemak hewan hendaknya diperhatikan sebelum disantap. Kita tidak memakannya kecuali setelah yakin bahwa makanan itu tidak mengandung lemak atau minyak babi, sehingga kita tidak terjatuh ke dalam kemaksiatan terhadap Allah SWT, dan tidak terkena bahaya-bahaya yang melatarbelakangi Allah SWT mengharamkan daging dan lemak babi.
Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi, karena sesungguhnya semua itu kotor (najis)” (QS. Al An’aam: 145)
ReplyDeletejadi bila ditanya mengapa daging babi haram ini adalah alasannya.. bila banyak penelitian yang menyatakan kandungan babi itu tidak baik bagi kesehatan itu adalah hikmah bukan alasan.. jadi Alloh mengharamkan babi sehingga kita terhindar dari kandungan babi yang merugikan kesehatan kita