Kereta ini membawaku melintasi perbatasan kota-desa-gunung-lembah-bukit-sawah-hutan-sungai. Mengulang memoriku 6 tahun terakhir ini, betapa cepatnya. Membongkar kembali rinduku pada bunda, mengirimkan kembali pesan2 pendek pada teman2 ‘lama’, dan menyiapkan pijakan yang lebih utuh untuk rencana masa depan. Masih bingung, kadang masih marah, kadang juga merasa agak lega. Karena itu berarti pencarian lagi, petualangan lagi, perjalanan lagi.
Semalam nontok Kic* Andy sampai selesai. Tentang orang2 yang begitu yakin akan mimpi2nya, punya tekad sekuat baja, punya kepolosan sejernih embun, sejuk dan menyegarkan. Mereka sederhana, tapi dengan usaha yang sungguh2 mereka bisa mengubah segalanya, bermula dari diri mereka sendiri. Andai duniaku juga bisa sesederhana itu, seringan itu, sebersyukur itu, tentu tidak ada yg sulit dan membuat emosi kan. Semuanya akan lebih mudah dan damai, tenang dan bahagia. Jadi, kapan kita akan berhenti mengeluh dan menggantinya dengan syukur?
Setidaknya hari ini indah, sawah masih hijau, sungai2 kecil dengan batu2 besar, mendung dan udara yang lembab, tak peduli manusia berteriak di lorong kereta yang limbung. Syukuri saja. Yakinlah tidak pernah ada yang sia2, apalagi itu ciptaanNya.
menurutku, yg perlu kita tanyakan "ke org2" itu adalah, bagaimana mengatasi hati saat dia tak semangat, saat pikiran mengulang2 kata keluhan...mereka pasti pernah seperti kita, tak yakin, capek,...bedanya, mereka sudah tahu dan bisa mengembalikan semangat mereka..ah, inspirasi...dicari ke mana ya...:)
ReplyDeleteإِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
ReplyDelete“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur.” (Saba’: 19)
syukur dengan sabar, sabar dengan syukur :)