Ngeri juga sebenarnya mengucapkan sumpah itu. Jika tidak benar2 perlu, ga usah, menurutku. Makanya aku gelagapan deh waktu tiba2 saja disuruh sumpah oleh pengujiku. Aku melirik pada partnerku, tetapi ia malah menatap balik seolah berkata, “Ya udah, sumpah aja!” Benar2 tidak menyelesaikan masalah!
I tought i just need to reply what he say. Tapi belum2 pengujiku mengoreksi apa yg kulakukan, “Sumpah kok gitu?”
Hya, bingung deh aku. Mencoba mengingat2 kalo sumpah dokter tu kaya’ apa ya, sumpah palapa, sumpah pocong, idih!
Ya, sudah, dengan pasrah, kukeluarkan segenap kemampuanku berimprovisasi kalimat sumpah. Ga jelek2 amat, kaya’ gini nih bunyinya. Ups, tapi sebelumnya, bukan bunyinya yg penting, tapi isinya dan tentu saja, pertanggungjawabku unuk memenuhinya
“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, ehm, ehm... Saya Bersumpah akan belajar dan menuntut ilmu seumur hidup sampai akhir hayat, ehm, ehm... Jika ada masalah yang saya tidak tahu maka akan saya konsultasikan kepada yang lebih ahli...”
Dan demikianlah. Ujian yg unfogetable itu ditutup dengan satu sumpah lagi di pundakku...
No comments:
Post a Comment