Monday, January 26, 2009

Malaikat Fajar

Hanya kadang. Kadang saja. Sekelebat begitu, terpikir olehku. Untuk apa aku lakukan semua ini. Mengobati orang lain, mengecek kondisi mereka setiap pagi, mendengarkan keluhan, memeriksa gula darahnya, memasang ekg-nya, mengganti infusnya... Kadang sampai membuatku lelah semalaman. Lalu tepar seharian setelahnya. Kadang kuberpikir, mengapa aku merawat orang lain yang notabene bukan siapa2ku, sementara ibuku sendiri sedang sakit dan aku malah meninggalkannya...?

Kadang sempat, di sela2 waktu jagaku, diantara jeda waktu aku melakukan tugas2ku. Aku melihat ke arah lain dan menanyakan lagi hal yang sama. Menghela nafas dan mencoba mencari jawaban.

Waktu itu fajar. Air bergemiricik dibawah langkah kakiku melewati jembatan yang mengubungkan gedung C dengan jalanan utama simpang II. Kariadi memang agak unik. Rumah sakit ini dibangun atas sungai dan bukit2. Banyak taman tempat kucing2 liar gemuk atau pasien kelas tiga menjemur pakaian. Sesuatu yang tidak akan kita temukan di Cipto misalnya. Aku keluar dari bangsal, melintasi taman dan jembatan dengan langkah kaki yang bergegas. Kucoba sekejap menikmati fajar itu. Udaranya yang segar jauh dari kepengapan bangsal, tetes2 embun yang sejuk, angin pagi ringan bersemilir. Dan mataku sesaat berkaca2...

Tuhan, aku tidak bisa merawat ibuku, tidak bisa mengobatinya, dan tidak bisa menyembuhkannya. Jadi tolonglah. Tolonglah meski semua yang kulakukan ini tidak seberapa. Tolong agar Kau merawatnya, Kau mengobatinya, Kau menyembuhkannya. Dan maafkan aku karena aku tidak berada di sampingnya.

Doaku fajar itu, dan kuberharap ada malaikat yang medengar dan mengamininya. Atau pintu langit masih terbuka dan doaku sempat menyisip ke dalamnya. Atau lebih dari itu,  Tuhan yang Maha Tahu, Maha Pengasih dan Maha Mendengar, bersedia mengabulkannya...

3 comments:

  1. Semoga ortu mu lekas sembuh.
    Sy yakin, ortu mu bangga punya anak sepertimu.

    ReplyDelete
  2. ga pernah aku liat kesedihan itu.. mungkin sama dengan raut wajahmu waktu kamu terpeleset dan hampir tercebur ke genangan air, atau waktu aku mencolek pinggangmu di tepi jalan seperti cowok nakal: diam, tenang..
    tapi aku lupa , bukan berarti ga ada rasa takut, kaget, sedih.. maaf ya Lin..aku ga bisa bantu apa2..

    ReplyDelete