Thursday, November 18, 2010

They Will Ask You, Not The Other

Masih kepikiran sama kata-kata seorang internis ahli kardiovaskuler yang mengajar kami tadi siang. Topiknya tentang teknik konsultasi medis, dan beliau membuka kuliahnya dengan kalimat: a general internist is a consultant.

General internist. Ya, itulah tujuan titel pendidikan kami selama 4 tahun ke depan. Kami akan dididik dan dilatih menjadi seorang internis. Internis umum artinya ahli penyakit dalam yang memahami segala sudut penyakit dalam, bukan hanya bidang-bidang tertentu seperti jantung, ginjal, atau penyakit infeksi misalnya, tapi kami mempelajari setiap bagian itu menjadi satu kesatuan. Ada yang bilang, internist is a real doctor. Yang setelah kupikir-pikir sih iya juga ya, internis adalah dokter umum yang paham segalanya lebih lebih dalam. Dan tahu tidak, itu juga alasanku kenapa memilih jalan terjal macam ini. Karena aku tidak rela kehilangan semua ilmu itu, bagiku semuanya menarik, dengan caranya sendiri-sendiri tentu saja, dan mempelajarinya, meski kemudian lebih sering lupa, selalu saja menimbulkan kegairahan tersendiri.

Seorang konsultan artinya orang yang padanya dikonsultasikan, dalam hal ini tentu saja sesuai bidangnya. Dan general internist adalah yang terbanyak menerima konsultasi, entah itu dari spesialis lain, atau dari dokter umum. Dokter bedah misalnya, ia akan menanyakan apa pasien dengan trombosit 50 ribu boleh di operasi? Ia tak akan menanyakannya pada dokter lain, tapi pasti pada internis. Spesialis kandungan dengan pasien hipertensi, pasti juga akan mengkonsultasikan pasiennya itu pada internis. Katanya, hal itu membuat mereka merasa lebih aman, karena pasiennya berada di tangan ahlinya.

Tadinya tak terpikir, aku akan bersentuhan lagi dengan teknik-teknik anestesi, atau jenis-jenis operasi bedah, beserta semua risiko dan cara mengatasinya. Ternyata semua itu masih saling berkaitan, bahkan erat sekali, bahkan itulah yang akan kami hadapi sehari-hari nanti. Setelah operasi dokter anestesi hanya akan bertanggungjawab 24 jam post op, dokter bedah hanya akan melihat bekas luka operasinya, sedangkan seorang internis harus melihat pasien itu keseluruhan, dan bukan hanya kini tapi juga penatalaksanaannya ke depan nanti.

Menjadi internis membawa konsekuensi menjadi seorang konsultan. Dan kami harus siap dengan semua itu.

Idul Adha 1431H, Unity in Diversity

Allahu akbar, Allahu akbar, la illaha ilallahu Allahu akbar, Allahu akbar walillahilham…

Gema takbir berkumandang, memuji kebesaran asmaMu. Kau Tuhan yang Satu, Esa, tak pantas jika kami perselisihkan Kau karena perbedaan yang diakibatkan kurangnya ilmu kami. Maka jadikanlah perbedaan ini anugerahMu. Sebagai salah satu bahan pembelajaran dariMu, agar kami manusia dapat semakin menyadari arti kebesaran asmaMu.

***

Tahun ini 1431 H, bertepatan dengan 2010M, aku melaksanakan sholat sunah Idul Adha 2 kali. “Ga dosa tuh?” tanya adikku. Ini sunah, ga ada yang dosa. Yang dosa itu kalau puasanya di hari tasyrik, nah lho!
Jadi memang, sebagian umat muslim di negeri ini merayakan Idul Adha sehari lebih awal dari yang ditetapkan pemerintah. Perbedaan keduanya bukan mengada-ada, tapi masing-masing memang memilki dasar yang kuat dan dalil sendiri-sendiri. Bagi yang merasayakannya lebih dulu, hal itu dilandaskan bahwa Idul Adha berkaitan dengan pelaksaanaan ibadah haji di tanah suci. Jadi ketika jama’ah haji di Arafah telah wukuf, itu adalah tanggal 9 Dzulhijah, dan keesokan harinya berarti tanggal 10 Dzulhijah yang ditanggalan masehinya adalah tanggal16 November. Sedangkan pemerintah lebih mendasarkan pada hilal, atau perhintungan dengan melihat bulan, dimana tanggal 10 Dzulhijah jatuh pada tanggal 17 November. Jadi perbedaan semacam ini adalah hal yang wajar, karena negara kita terletak lebih timur dibandingkan Arab Saudi.
Jadi mana yang benar?
Jika demikian pertanyaannya, saya yakin yang tidak bisa menjawab pertanyaannya bukan hanya saya. Karena masalah seperti ini memang tidak untuk dipertentangkan tapi untuk diambil hikmah dan pelajarannya. Sedangkan kebenaran yang hakiki adalah milik Allas SWT semata. Manusia hanya diperintahkan untuk berusaha, sebisa mungkin, sedekat mungkin, dengan kebenaran.
Semoga kita menjadi umat yang mendapat petunjuk dan perlindunganNya selalu. Selamat Hari Raya Idul Adha, selamat berbagi, selamat saling menghargai!

Wednesday, October 6, 2010

Sebuah Catatan Dalam Jeda Perjalanan

Kawanku,
beribu kata ditorehkan
beribu jejak ditinggalkan
sejak pertama kali kita bertemu


Kawanku,
ingatkah kau,
kita pernah tertawa bersama,
menangis bersama
Jantung berdebar-debar,
menanti ujian, menyelesaikan tugas,
mencoba mewibawakan diri di hadapan pasien
Ingatlah selalu masa-masa jaga malam yang panjang,
tidur dengan mata setengah terpejang,
dan keesokan harinya, pikiran kosong.... (akibat terlalu banyak begadang)


Maafkanlah aku kawan, bila saat itu aku tak cukup waktu mendengar keluhmu
Atau sekeddar berbagi tawa, berbagi cerita


Kawanku, apakah pernah kau berhenti sejenak
mengingat wajah-wajah pasien
ada yang sembuh, ada yang akhirnya tiada
Ingatlah wajah-wajah keluarganya yang penuh harap
Kawan, mereka ada, untuk kita
Mereka seperti ayah, ibu, atau saudara
Sudahkah kita ucapkan terimakasih,
karena tanpa mereka, gelar kebanggan ini tak akan ada di belakang nama kita


Kawan, ingatkah kau, ketika tak sengaja kau menghardik?
Mereka orang tak punya, tak berpendidikan,
tak mengerti apa yang kita ucapkan
Kawan, merekalah yang membuat kita berada di sini
Ingatlah selalu, selamanya kita berhutang pada mereka


Dan kepada orangtuaku,
aku inngin ucapkan salam
Aku ingin ucapkan dengan teramat tulus, rasa bangga, karena telah memberikan yang terbaik,
memberikan kesempatan hingga sampai disini, menjadi orang yang berarti
Aku ingin sembahkan sujud,
untuk semua perjuangan tak terperi, tangis tak berbunyi, lelah yang tergurat meski tak terkatakan


Ibu, Ayah... air mata dalam doa-doamu
telah mengawal hari-hari, meringankan langkah-langkah
Tnpa disadari,
mungkin kau sedang sedih,
mungkin kau sedang rindu,
tapi aku di sini, terlalu sibuk, hanya dapat sekedar menanyakan kabar


Maka,
ucapan ini rasanya begitu sederhana,
tapi ayah dan ibu,
hanya ini yang mampu kukatakan...
Terimakasih, terimakash atas segalanya


Dab untuk kekasih,
ampuni aku, ampuni telah mengambil waktumu
Hanya kemakluman selalu yang kuminta, tuntutan yang tak bisa ditawar
Dan kelulusan ini adalah hadiah tak seberapa untuk cinta
yang telah kau jabarkan,
dalam pengertianmu, dalam kesabaranmu


Dan anak-anakku...
Seharusnya akulah yang berkorban untukmu,
tetapi dalam tubuh mungilmu, justru jiwamulah yang jauh lebih besar
menerimaku apa adanya...
Terimakasih nak, terimakasih sayang....


Kepada guru-guruku...
Ah, tak sanggup lagi kukatakan
Betapa malunya aku, tak mampu memenuhi harapmu
Beratnya bebanku memanggul amanah, menjaga ilmumu
Kurasa, inilah yang terberat, inilah yang tak tergantikan
Guru-guru yang dengan kesungguhan
mendidik, membimbing, dan menyediakan waktu


Akan ku rindu tempatku bertanya, sosok bersahaja dan bijaksana,
senyuman yang menandakan kau bangga
dan tempaan yang membuat aku ingin belajar
Doakan kami guru,
izinkan kami meneruskan perjuanganmu, menempuh jalanmu
Kamilah muridmu selalu...


Kawan, kini tiba saatnya
aku ucapkan selamat tinggal
Kuharap persahabatan kita tak lekang oleh masa


Semoga catatan dalam jeda perjalanan ini, terus membekas
dalam hatimu, meski waktu telah berlalu
Semoga mimpi-mimpi kita akan tercapai, tak berhenti sampai disini
Selamat tinggal kawan...
Selamat memenuhi catatan dalam perjalanan yang baru...
Telah bertapak sudah, telah berakhir,
Kau dan aku kini saatnya berpisah...


(Dibacakan pada PLD Ilmu Penyakit Dalam 2010
ditulis oleh seorang sejawat, ibu dua orang putra)

Saturday, August 7, 2010

Selamat Datang Ramadhanku

Alhamdulillah seminggu sebelum Ramadhan saya sempat menghadiri beberapa tarhib, atau munggahan, sebuah peringatan menyambut kedatanga bulan suci umat ini. Tujuannya, tentu, agar bulan penuh berkah ini tidak berlalu sia-sia, lebih baik daripada yang lalu-lalu, dan meninggalkan jejak pada pribadi kita bahkan kalau bisa masyarakat dan bangsa kita.

Di bulan ini ramai-ramai umat menjalankan ibadah puasa. Ibadah yang paling mudah, karena anak TK pun bisa. Ibadah yang paling sedikit pahalanya, karena dari sumber manapun tidak pernah disebutkan berapa jumlahnya seperti layaknya ibadah sholat atau dzikir. Ibadah yangdilakukan hanya untuk Allah SWT, sedangkan ibadah lainnya adalah untuk yang mengerjakannya. Sehingga, bukan di situ saja seharusnya konsentrasi kita pada bulan ini. Masih banyak ibadah lainnya, ibadah yang tidak kalah esensinya, yang seharusnya bisa lebih kita optimalkan. Berikut adalah 10 ibadah utama di bulan Ramadhan ini:

1. Sahur di akhir waktu: intinya sebenarnya bukan pada makannya. Karena sahur sendiri bukan berarti makan malam, tapi bangun pada malam hari, dan keutamaannya adalah pada sepertiga akhir malam. Pada waktu itu adalah waktu yang penuh keberkahan. Dan makan sahur itu adalah salah satu keberkahannya.

2. Buka di awal waktu: bukanya Rasulullah SAW adalah dengan 3 butir kurma dan air, setelah itu beliau sholat langsung sholat maghrib. Setelah berbuka beliau tetap memelihara rasa lapar dan tidak makan hingga kenyangan.

3. Qiyamul Lail: pengertian qiyamul lail adalah rangkaian sholat dua raka’at dengan satu witir, mengenai jumlah raka’at dan waktu pelaksanaan witirnya itu diserahkan kepada masing-masing individu. Qiyamul lail yang baik adalah yang lama dan khusyuk, seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW.

4. Tilawah Al-Qur’an: kita dianjuran untuk mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan ini, paling cepat adalah dalam 3 hari, yang berarti sehari kita membaca 1/3 Al-Qur’an. Sedangkan yang paling lama, tentu saja kita membaca 1/30 Al-Qur’an per hari, itulah asal usulnya Al-Qur’an dibagi menjadi 30 juz, yang berarti 1 juz untuk 1 hari.

5. Zikir dan Doa: seluruh waktu di bulan Ramadhan ini adalah waktu yang baik untuk berzikir dan berdoa, terutma menjelang berbuka puasa. Sayangnya pada waktu tersebut kita biasanya lebih sibuk mempersiapkan hidangan buka puasa atau malah terjebak di kemacetan.

6. Zakat : kegiatan duniawai yang membutuhkan banyak biaya, sangat diurangi di bulan ini. Sehingga seharusnya jatah untuk berzakat di bulan yang penuh berkah ini bertambah. InsyaAllah keberkahannya pun bertambah-tambah.

7. Amalan sunah

8. Hindari perkara mu’bah yang tidak bermanfaat: sehingga waktu untuk beribadah yang jelas lebih bermanfaat akan bertambah.

9. I’tikaf: cukup diartikan sebagai hadir di masjid. Hadir disini tentu secara total, selain raga juga jiwa kita berada disana. Bukan dengan membawa bantal dan selimut, karena kalau untuk tidur anak-anak juga tahu tempatnya adalah di kamar tidur, bukan di masjid. Jadi lakukanlah hal yang sepantasnya orang lakukan di masjid.

10. Lailatul Qadr: kejarlah malam 1000 bulan ini pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir, yaitu malam ke 21,23,25,27, dan 29. Namun jika tidak sempat sempatkan pada 3 tanggal terakhir. Dan jika tidak,s etidaknya pada tanggal 27, semoga kita mendapatkan malam Lailatul Qadr.

Monday, June 7, 2010

Visiting Textile Museum


Tahun ini adalah Tahun Kunjung Museum 2010. Alhamdulillah kami diberi kesempatan berkunjung ke Museum Tekstil Jakarta di Jl. KS Tubun no. 4 JakBar.
Bangungannya adalah bangunan tua peninggalan jaman Belanda yang berkali-kali beralih fungsi, dari mulai panti jompo, kantor, hingga pada tahun 1976 menjadi museum tekstil sampai saat ini. Saat kami berkunjung kesana di hari kerja, suasana tampak sepi dari luar, beberapa pengunjung yang terlihat adalah anak-anak sekolah. Namun siapa sangka, di saung belakang ada rombongan turis mancanegara yang sedang belajar membatik. Wah, seru sekali sepertinya!

Kami pun memutuskan untuk melihat koleksi museum itu dulu sebelum ikutan membatik. Dengan membayar seorang 2.000 rupiah dan jasa guide sebesar 25.000 rupiah per rombongan kami sudah bisa menikmati koleksi museum itu plus cerita-ceritanya.
Hari itu meskipun judulnya museum tekstil tapi yang di-display adalah kain batik semua, lebih khusus lagi itu adalah milik pribadi ibu Rahadi Ramelan. Rupanya penampilan koleksi museum memang digilir setiap 2 bulan, karena bulan ini masih bertema batik jadi yang kami lihat adalah bentangan kain-kain batik lengkap dengan keterangan tahun pembuatan, jenis corak, dan warnanya.
Batik pesisiran misalnya, berwarna cerah, dengan motif khas flora dan fauna. Sedangkan batik pedalaman warnanya gelap, motifnya adalah simbol-simbol seperti parang, garuda, dan berasal dari daerah Jogja atau Solo. Ada juga batik kontemporer, jenis yang merupakan campuran antara pesisiran dan pedalaman.
Dari segi fungsinya ada batik pagi-sore. Jika dipakai pagi hari maka yang ditampilkan adalah sisi dengan warna cerah dan warna gelapnya di dalam, namun jika sore warna cerah dilipat di dalam maka yang terlihat adalah warnanya yang gelap. Batik sidomukti khusus dipakai pada upacara perkawinan. Batik dengan tumpang kecil untuk gadis / perjaka, dan yang lebih lebar untuk janda.

Batik tulis berbeda dengan batik cap. Pada batik tulis meskipun mempunyai motif sama pada tiap sisinya pasti ada bentuk yang berbedanya, membuat titik bisa sempurna dilakukan dengan batik tulis, sedangkan pada batik cap bentuk motifnya pasti sama semua, titik tidak bisa dibuat sesempurna pada batik tulis karena pasti melebar. Waktu pembuatan batik tulis lebih lama, dan tekniknyapun lebih sulit, maka wajar jika harganya lebih mahal. Dilihat dari warnanya, ada batik dengan warna sogan artinya warna coklat kehitaman, bang ijo artinya merah dan hijau.
Bahan kain batik yang paling bagus adalah sutra, kemudian berturut-turut kain katun primicima dan kain katun prima. Kain katun blacu tidak bisa dipakai karena tidak menyerap warna.Pembuatan kain batik ini dimulai dengan membuat motif, kemudian mencanting, membuat titik, menutup bagian yang tidak berwarna dengan lilin malam, mewarnai dengan dicelup, kemudian yang terakhir merebusnya.
Sketsa motif batik dibuat dengan pensil, tapi jaman dulu para pembatik tidak membuat sketsa dengan pensil, mereka langsung memakai canting. Biasanya sebelum membuat batik mereka bersemedi dulu. Canting sendiri mempunyai berbagai macam bentuk, yang biasa kita lihat berlubang satu, tapi ada juga yang berlubang lima, sedangkan yang lubangnya besar untuk menutup. Cara memegang canting harus miring 45 derajat ke atas. Agar lilin tidak beku maka harus diambil lilin yang baru setiap beberapa menit.
Pada jaman dulu proses pewarnaan dengan pewarna tumbuhan membutuhkan 20 kali pencelupan, bisa memakan waktu hingga 20 hari, sedangkan jaman sekarang kalau menggunakan bahan pewarna kimia bisa 1-2 hari karena dengan 2 kali pencelupan saja sudah cukup. Contoh pewarna alami adalah kayu pohon tegeran, bila direbus akan menghasilkan warna kuning keemasan. Warna kuning tua didapat dengan mencampur tunjung (batu warna hijau), pencampuran dengan tawas akan menghasilkan warna kuning sedang, sedangkan dengan kapur menjadi warna kuning muda. Kayu pohon tingi memberi warna coklat, selain itu masih banyak bahwan pewarna alami lainnya.
Lilin malam disini digunakan sebagai perintang warna. Lilin malam ini terbuat dari lemak sapi, madu, lilin paraffin, dan getah pohon dammar yang dicampur jadi satu kemudian dicetak. Jika akan dipakai maka ia diapaskan dulu diatas tungku di dalam wajan kecil. Pada tahap akhir pengerjaan, kain akan direbus, hal ini dilakukan supaya lilin malam hilang.
Di museum ini kita bisa belajar membatik. Dengan membayar 35.000 rupiah kita sudah bisa membuat kain batik sendiri seukuran sapu tangan. Kami membutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk membuatnya, mulai dari mencetak motif, mencanting, mewarnai, dan merebusnya. Hasilnya...tada! Tidak terlalu mengecewakan kan? Hehe... Bagi yang ingin serius belajar di museum ini juga membuka kursus.

Di dalam saung kayu, di bawah pepohonan yang teduh, waktu berjalan sangat cepat, membuat kami lupa kalau kami di sedang berada di kota jakarta yang padat. Kami pun pulang sebagai pengunjung paling akhir hari itu, dengan membawa sapu tangan batik, bangga karena kami sendiri yang membuatnya, bangga pada kebudayaan cantik negeri ini.

Satu Tahun Bunda

Satu tahunmu bunda, dan penyesalan itu tetap ada. Bukan, sekali lagi, bukan karena kepergianmu, bukan karena dirimu, tapi karena diriku, aku. Penyesalan terjadi pasti krn kita tdk berusaha sebaik mungkin saat kita masih diberikanNya kesempatan. Penyesalan ada pasti krn kita tahu seharusnya kita dapat melakukan hal yg lebih baik lagi. Penyesalan pasti datang belakangan saat kita baru menyadari, dulu betapa beruntungnya kita memiliki kesempatan itu.

Aku selalu berusaha menghapus penyesalanku dg melakukan apa yg bisa aku lakukan sekarang untukmu bunda. Merawat apa yang telah entah engkau rintis meski aku tak seahli dirimu, mematuhi kata2mu meski aku tahu dulu aku yg selalu membangkangnya, berdoa untukmu dg kalimat yg masih dan selalu sama, bukan karena tdk kreatif, tapi krn doa itu indah sekali, pantas sekali untukmu.

Bunda, ada lho saat2 aku merasa segalanya pasti akan lebih mudah jika kau ada disini. Saat2 seperti itu biasanya datang ketika aku kesulitan mengatasi suatu masalah, saat aku butuh pendapatmu tentang sesuatu, saat yang jika biasanya tanpa dimintapun kau ada di sisiku. Tapi aku tahu Tuhan punya rencana yg lebih indah untukmu, lebih baik untukku. Mungkin segalanya tidak akan lagi sama jika kau ada disini. Kau pasti lebih bahagia disana, bersamaNya, ya kan? Aku harap Tuhan memberimu tempat yg terbaik, yg amat baik, yg jauh lebih baik dari keseharianmu disini, aku yakin semua itu pantas bagimu, ibuku.

Bunda, aku ingin menghadiahkan segala sesuatu untukmu. 29 Mei ini kan hari ulangtahunmu, dan selama ini aku tidak pernah menghadiahimu apapun. Selain setumpuk doa itu, semoga sampai kesana, aku juga mau bilang, putramu sangat cerdas, adik kecilku sekarang sudah besar, dia lulus UN tertinggi di kelasnya dan membuktikan bahwa ia pantas masuk sekolah unggulan. Dia tidak akan mengecewakanmu, hasil didikan dan kasih sayangmu, semuanya tidak ada yg sia2. Lihatlah keberhasilannya sekarang, lihatlah rasa tanggungjawabnya yg mulai tumbuh sbg seorang lelaki. Dia putramu, kau layak berbangga karenanya. Aku harap aku tdk membuatmu sedih krn aku yg tidak sanggup menjaganya. Aku akan menjaganya, sebaik yg aku bisa, meski aku tahu itu pastilah masih terlalu jauh dari kasih yg kau berikan seandainya engkau yg melakukannya. Jangan khawatir ya bunda, kau sudah melakukan tugasmu dg baik sekali.

Bunda aku harap aku dpt menghadiahimu satu hal lagi, aku akan mjd spPD. Aku akan membantu banyak org yg sakit sepertimu. Semoga aku dpt mengurangi penderitaan mereka walau aku tak sempat meringankan penderitaanmu. Maafkan aku ya bunda, kau inspirasiku, pendukung terbesarku, tapi aku malah meninggalkanmu dulu. Semoga ini dapat menjadi penebus dosaku, semoga ini dapat membahagiakanmu. Kau tahu, kalau kau bahagia aku juga akan bahagia. Ah, bunda, itu kan kau, kau yg tak pernah mengeluh apapun, sementara aku selalu mengeluh padamu. Maaf ya bunda, cuma segini. Cuma segini yg bisa kulakukan untukmu, benar2 tak ada apa2nya jika dibandingkan dg semua yg telah kau lakukan untukku. Maafkan aku ya bunda, aku benar2 minta maaf. Kuharap kau mendengarku, memaafkanku, dan Tuhan mengizinkan kita kelak berkumpul kembali di surgaNya. Rasanya waktu itu tidak akan lama, ya kan?

Monday, May 24, 2010

Untuk Lelaki Tegar di Sampingnya



Wajah itu, ekspresi itu, tentu aku mengenalnya. Penyiar televisi mengatakan ia tampak terpukul. Ya, tentu saja, ia terpukul, tapi tidakkah kau lihat ketegarannya?
Lelaki itu BJ Habibie di pemakaman Ainun-nya.

***

Bapak, ketika itu, melepas semua prakteknya, meninggalkan pekerjaannya, menghabiskan semua waktunya di sampingnya, hanya di sampingnya. Setiap waktu sholat ia membimbingnya, mulai dari mengambil wudhu/tayamum untuknya, memasangkan mukenahnya, hingga mengimaminya. Di akhir sholat, doa yang panjang adalah untuknya, teman yang telah menemaninya hampir sepanjang hidupnya, disaat terbaik maupun terburuknya.

Itu juga yang kulihat pada dirinya, ketika ia harus menetap di Munchen bukan di Indonesia. Ia bukannya tidak nasionalis seperti yang dituduhkan segelintir orang. Tapi ini adalah bukti cintanya yang sangat dalam, tulus, dan konsisten seperti janjinya di titik awal pernikan mereka. Empatpuluhdelapan tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk menguji kesetiaan mereka, tapi teramat sebentarnya bagi ia yang merasakan kenangan indah itu milik berdua.

***

Berikanlah kesabaran, keikhlasan, ketegaran dan kekuatan iman dan ketaqwaan. Hingga suatu saat kelak insan yang saling mencintai itu bisa kembali bersatu di surgaMu.

Selamat (jalan) Ibu


Kenapa setiap tahlil itu dibacakan, berhias rangkaian bunga, pelukan dan ucapan yang hangat, selalu ada mata yang berkaca-kaca, menjadi cermin hati yang sudah terlebih dahulu basah, doa demi doa yang bergulir. Hanya doa, menutup semua kenangan indah dan manis itu, kehidupan seorang wanita.

Ia masih punya mimpi besar. Banyak mimpi besar. Mimpi untuk bangsanya, untuk negerinya, keluarganya, putra-putrinya. Sebelum operasi itu, menurut dokter mata di yayasannya, ibu Ainun masih sempat mengirim email hasil pencariannya. Ya, bahkan di saar terakhir ia masih begitu peduli. Apa ia pernah berkeluh kesah? Aku ragu jawabannya ya.

Wanita itu mengingatkanku pada ibuku, hampir setahun lalu. Ibu juga punya mimpi besar, banyak mimpi besar. Aku tahu karena beberapa kali ia membagikannya pada kami. Hanya kami kadang kurang peduli, kami selalu berpikir tentu saja ia dapat mewujudkannya, ia akan mewujudkannya, seperti biasanya. Ketika aku pulang dan ibu menyambutku, aku selalu melihat hal baru di rumah kami, kreasinya, selalu ada saja, membuat rumah itu terasa semakin sejuk, nyaman, homey sekali. Dan itu hanya sebagian kecil dari mimpinya.

***

Aku sedang di halaman belakang kala pemakamannya akan dimulai. Belakangan ini aku punya cukup waktu luang sebelum berangkat kerja (jaga), atau ketika pulang keesokan harinya. Sebelumnya aku tidak terlalu suka bermain-main dengan makhluk hidup yang satu ini, tanaman. Tapi belakangan aku semakin senang, berbeda dengan kesenangan menulis, ini adalah suatu perasaan senang saat kita bisa memberikan ‘kehidupan baru’, atau memberikan tempat hidup yang baru, atau sekedar memperindah kehidupan. Aku tahu rasanya, mungkin itu kenapa ibuku selalu memperlakukan anggrek-anggrek ini seperti anak-anaknya sendiri. Katanya tanaman bisa diajak bercakap-cakap. Dulu aku tertawa mendengarnya, tapi kini aku tahu barangkali itu benar, aku berharap agar tanaman itu hidup di media yang baru dan menengoknya setiap hari “Hei, apakah kau baik2 saja, cukup sinar, cukup air?”

Aku merasakan naluri wanita yang tiba-tiba kusadari. Naluri membuat kehidupan, memastikan kehidupan terus berlanjut, merawatnya, memperbaiki dan memperindahnya. Hei, ini mirip dengan tugas profesiku kan?! Ibuku bukan dokter, tapi itulah yang dilakukannnya pada semua anak-anaknya, anak-anak saudara-saudaranya, bahkan anak-anak yang bukan siapa-siapanya. Ibu Ainun sendiri adalah dokter, dan dengan yayasannya jelas-jelas ia sedang memelihara kehidupan, memperbaiki kualitas kehidupan manusia. Itu adalah sebuah nurani keibuan yang nyata. Naluri yang merupakan anugrah, yang terus diasah, yang semakin matang bersama bertambahnya usia dan pengalaman mereka. Dan mungkin itu yang diinginkan Tuhan terjadi pada kami juga. Barangkali itu sebabnya Tuhan menyudahi waktu mereka di dunia. Seolah Dia berkata, sudah cukup, semua yang kalian lakukan sudah cukup, Aku tahu kalian masih sangat bersemangat mewujudkan mimpi besar kalian, tapi biarkanlah anak dan cucu kalian belajar melakukannya, biarkan mereka yang akan meneruskannya, kalian sudah melakukan tugas kalian dengan baik sekali.



***

Bila seseorang telah meninggal, terputuslah untuknya pahala segala amal kecuali tiga hal,
shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang shaleh. Aku yakin mereka memilki ketiganya. Tempat yang lebih baik daripada dunia dan segala isinya, telah Ia persiapkan disana.

Thursday, March 25, 2010

World TB Day: Issues of MDR and XDR TB

Tuberculosis (TB) bukanlah penyakit baru, mumi-mumi di Mesir yg berasal dari tahun 3500 SM bahkan sudah menunjukkan adanya Pott’s disease, salah satu manifestasi TB pada tulang belakang. Di literature Arab, Al Razi dan Ibnu Sina menyatakan adanya penyakit yang menyebabkan kavitas pada paru dan berhubungan dengan lesi kulit yang dapat dicegah dengan menghirup udara yang bersih dan makan makanan bergizi.

Setelah setua itu apakah TB masih merupakan ancaman sehingga tanggal 24 Maret perlu diperingati sebagai hari TB sedunia?

Pada tanggal ini Robert Koch, setelah melakukan penelitian bertahun2 yang diantaranya juga dilakukan di Indonesia, berhasil menemukan basil penyebab TB pada tahun 1882. pada awal ke-19 insiden penyakit ini masih sangat besar, sekitar 400 per 100.000 penduduk di Amerika dan Eropa meninggal karenanya. Bahkan tokoh2 besar seperti Voltaire, Sir Walter Scott, Frederick Copin, Laenec, dll tak luput dari penyakit ini. Sejak itu berbagai cara pengobatan TB dilakukan, mulai dari pembedahan, pendirian sanatorium, hingga era medikamentosa.

Saat ini kita mengenal terapi TB dengan program DOTS (Direct Observe Treatment Shortourse), yang terdiri dari:
1. Political commitment (baik dari pemerintah maupun tenaga kesehatan)
2. Diagnosis by microscopy (sputum atau jaringan tubuh lain)
3. Adequate supply of TB drugs
4. Directly observed treatment (pengawas minum obat)
5. Accountability (pencatatan dan pelaporan)

Pengobaan TB yang memadai harus mencakup kombinasi 4-5 antibiotik (RHZES), dosis yang tepat, diminum secara rutin, dalam periode yang cukup (6-8 bulan), dan adanya fixed dose combination.

Meski sudah melaksakan program tersebut, hingga saat ini Indonesia saat ini masih berada pada tingkat ke-3 negara dengan penderita TB terbanyak setelah India dan China dengan 70% pengidap adalah usia produktif. Selain faktor lingkungan, dimana kuman TB suka berada di tempat yang lembab, pemukiman padat, dan tidak terkena sinar ultraviolet, mengapa epidemi TB ini masih meningkat?

Ditengarai penyebabnya adalah:
1. masih buruknya system kesehatan
2. co-existing HIV
3. resistensi OAT

Saat ini Indonesia menduduki ranking ke-11 negara dengan MDR-TB, namun sebenarnya fakta ini meragukan sebab data mengenai resistensi OAT di negara kita tidak lengkap. Data yang masuk ke Depkes sebagian besar adalah dari puskesmas, sementara dari rumah sakit atau praktek swasta masih sedikit yang melapor jika ada kasus-kasus TB.

Apa itu MDR dan XDR TB?
MDR TB: multidrug resistant tuberculosis, maksudnya adalah resistensi terhadap 2 OAT lini pertama yang paling poten yaitu Isoniazid dan Rifampisin
XDR TB: extensively (extremely) drug resistant tuberculosis, yaitu MDR TB ditambah dengan resistensi terhadap obat lini kedua injeksi seperti kanamisin dan golongan kuinolon.

Apa sebenarnya penyebab resistensi ini?
Pada kondisi alamiah, kuman dapat bermutasi menjadi resisten terhadap OAT, namun frekuensinya sangat kecil. Misalnya pada INH dibutuhkan 1 juta kuman untuk 1 yang resisten, rifampisin 10 juta, dan jika dikombinasi hanya ada 1 kuman yang resisten diantara 1014 kuman TB. Sehingga pada kondisi alamiah kejadian MDR seharusnya sangat jarang terjadi. Maka kemungkinan penyebab resistensi ini adalah:
1. Kesalahan penggunaan OAT
• Obat atau regimen yang kombinasi atau dosisnya tidak adekuat
• Kualitas obat yang buruk atau suplai obat yang tdak memadai
2. Supervisi terapi yang tdk adekuat
• Terapi yang tidak teratur sehingga menyebabkan kegagalan terapi
• Kelalaian pendampingan pasien
3. Faktor pasien: berhenti minum obat karena
• Efek samping
• Kemampuan finansial

Penanganan MDR adalah melalui program DOTS plus, yaitu DOTS ditambah dengan obat lini kedua dan kontrol infeksi. Sayangnya obat lini kedua ini tidak semuanya ada di Indonesia, jika pun ada saat ini hanya di RS Persahabatan Jakarta dan RS Dr. Soetomo Surabaya. Selain itu ternyata obat lini kedua ini potensinya kurang dibandingkan dengan obat-obat lini pertama, mempunyai efek samping dan toksisitas yang lebih tinggi, jauh lebih mahal, dan membutuhkan waktu pengobatan yang lebih lama ( lebih dari 18 bulan!).

Jadi teman, alangkah baiknya, mencegah daripada mengobati, dan mengobati yang belum resisten dengan tepat dan tuntas daripada jadi MDR dan XDR TB.

Resep Sepanjang Zaman Ibu dan Ulin

Catatan ini sudah ada lama sekali, waktu saya dan ibu masih punya waktu bersama. Saya tak ingin melupakan saat2 bahagia itu, pun saat itu ada banyak sekali nasehat, pelajaran, dibalut dengan kasih sayang, harumnya masakan, dan tak lupa ketulusan ibu yang tak pernah mengharap balas. Catatan ini hanya sebagian kecil bukti. Saya ingin membaginya untuk mengenang dan menyatakan rasa terimakasih saya padanya. Ini adalah bekal yg berguna. Betapa saya sangat mencintainya.

1. Setup pisang
Rebus air sampai mendidih, masukkan pisang kepok yang sudah dipotong2, tambahkan kayu manis + cengkeh + gula pasir.

2. Sup cakar tomat
Goreng brambang 5 atau 6 sampai empuk ditamahkan tomat 1 ½ buah, lalu blender keduanya dengan air. Rebus cakar, masukkan bumbu yg telah diblender + garam + gula. Sayurnya wortel + seledri, jika suka bisa tambahkan makaroni + sosis.

3. Sayur asem
Rebus daging sampai empuk lalu potong2, masukkan brambang 3-4 + bawang 2-3 + cabe yg sudah dipotong2 + garam + gula + asem + daun salam. Sayurnya: labu siam + kacang panjang + wortel.

4. Kroket kentang
Rebus air 200 ml dan mentega 2 sdm sampai mendidih, masukkan kentang tumbuk 4-5 aduk hingga kalis, masukkan keju parut 100 gr, ditambah telur 2 butir. Dinginkan adonan, lalu bentuk, masukkan ke telur kocok kemudian tepung panir, dan goreng dalam minyak panas.

5. Lodeh
Blender brambang 6 + bawang 4 + cabe merah 2 + ebi 5, lalu goreng, ditambahkan air sampai asat, lalu tambahkan minyak sampai matang. Rebus tahu hingga mendidih, masukkan garam 2 sdt + gula ½ sdt + bumbu yg td digoreng. Masukkan sayur: wortel + kacang panjang + jipan. Beri santan.


6. Capcay otak2
Bawang 3 dihaluskan, lalu digoreng, tambahkan ayam + otak2 sampai matang, tambahkan air + sayur (sawi putih + seledri + sawi hijau + brokoli) + gula + garam + merica. Supaya kental ditambahkan tepung kanji. Otak2 bisa juga diganti udang atau cumi, jadinya Capcay seafood 


7. Sayur oyong
Brambang 3 + bawang 4 dipotong2 lalu digoreng, dihaluskan. Ayam direbus, masukkan bumbu + garam + gula sedikit + bakso + misoa + oyong + loncang.


8. Terik daging
Brambang 5 + bawang 4 + air diblender, lalu masukkan dalam sepanci daging rebus + ketumbar 1 sdm + garam 1 sdm + gula sedikit + daun salam + gula jawa ½ , rebus hingga asat, tambahkan air lagi dan santan hingga daging empuk.

Balbambalbam

Kalau anda penggemar kadorama, pasti tahu The Great Queen Seondeok kan? Balbambalbam adalah salah satu themesong-nya, biasanya jadi backsound saat Panglima Yu shin muncul.


Saya suka sekali cara Yu shin mencintai Deok man, cinta yg tulus dan benar2 tanpa pamrih, cinta yg merupakan pengabdian, yg bukannya menghancurkan tapi membangun. Bukan dengan memberi bunga atau kata2 manis, tapi dengan berada selalu disampingnya dalam situasi apapun, memegang erat pergelangan tangannya saat lari menyelamatkan diri, memeluknya saat tak ada satu orang pun yg ia miliki peduli, menjadi tameng dalam setiap kondisi tersulitnya, menunggunya dan selalu setia menungguinya meski ia sendiri tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menghibur seorang gadis. Dan Yu shin benar2 menjadi gila saat ia harus kehilangan tuan putrinya, ia marah, sangat marah, dan kemarahan itu adalah bukti cintanya yang jujur. Cinta itu tetap ada, pengorbanan itu tetap ada, meskipun ia memilih pengikatnya sendiri, bukan ikatan bernama pernikahan, bukan dengan dengan cara memiliki. Krn cinta spt itu memang bukan cinta yg hrs memiliki, tapi cinta yg seperti itulah yang seharusnya dimiliki. Demi mimpi mereka bersama mereka harus menempuh jalan itu, Deokman sebagai ratu dan Yu shin sebagai panglima perang. Dan kata2 yg paling membuatku tersentuh adalah ketika sehari sebelum pernikahannya Yu shin berkata, “Mempertahankan kepercayaan rakyat itu lebih sulit daripada mempertahaankan cinta laki2 dan perempuan”. Ia telah memilih jalan yg sulit itu, jalan yg tidak semua org mau melaluinya.


Jika diingat, di pihak Mi shil, ada juga cinta yg mirip setulus itu, yaitu cintanya Seol Won pada Mi shil. Meski ia ditempatkan pada posisi yg selalu tidak menguntungkan, krn tidak akan pernah menjadi raja, ia selalu setia membantu Mi Shil dan menahan semua egonya sbg lelaki. Sayang tujuannya berbeda. Jika di pihak Mi Shil cinta itu bertujuan pada ambisi pribadi Mi Shil, sedangkan pada Yu shin cinta itu bermuara pada mimpi mereka, menyatukan 3 negara, di atas nilai2 kebenaran.


Cinta seperti itu memang penting, tapi ternyata penting juga untuk menentukan alasan dan tujuannya. Sehingga cinta yg tulus diserahkan itu tidak akan berakhir sia2 apalagi menghancurkan.

Sunday, February 21, 2010

TS

Saya seorang dokter sekarang, kami memanggil sesama dengan TS, teman sejawat. Sebutan yang hanya ada di profesi ini, tidak dikenal di bidang lain apapun. TS artinya kami sama2 menghormati profesi kami, dan lebih itu kami adalah layaknya saudara (krn kalau benar2 saudara berarti banyak dari kita yg incest kan? Hehe).


Semuanya dimulai dari masa2 pendidikan kami, pendidikan yg 6 tahun itu (udah kaya” anak SD). Empat tahun di kelas dan dua tahun di kepanitraan. Dimanapun itu, kami dituntut untuk kompak, untuk bisa kerja tim, untuk tidak menang sendiri, untuk tidak saja adu argumentasi tapi kerja nyata, untuk bisamenghargai orang lain karena itulah satu2nya cara menghargai diri sendiri, untuk tidak MT (makan temen), untuk menyelamatkan ‘nyawa” orang lain karena itulah ‘nyawa’ kita juga. Coba bayangkan saja, di semester awal bagaimana kami bisa melakukan percobaan spermatologi kalau tidak ada yang mau jadi donor, di anatomi bagaimana bisa lulus kalau teman sekloter nilainya jauh banget sama kita, lalu PK, PA, mikro, dst sampai di tugas akhir KI (karya ilmiah) kesabaran kita diuji berkali2. Awal2nya ringan, makin lama main berat secara bertahap. Lalu di kepanitraan klinik ujian itu benar2 terasa, karena pernah 7x24 jam bersama, dengan semua sifat buruk orang, kekurangan, kearoganan, ditambah keletihan, masalah pribadi, dll2. Hingga saya sempat merasa, suatu hari ketika kami dari gender yang berbeda terpaksa tidur di kamar yg sama, apakah tidak layaknya saudara yg seperti itu? Kami bahkan lebih dekat, lebih sering mempunyai waktu bersama, dibandingkan dengan waktu kebersamaan kami dengan saudara2 kandung kami.


Lalu, bagaimana kami bisa tidak saling menghormati, menghargai, menyayangi? Kalau bukan kita yang menghargai saudara kita, lalu siapa lagi?

Kebahagiaanmu Kebahagiaanku

Rasanya puas kalau bisa membantu orang lain, rasanya seperti… sudah melakukan hal yang benar, dan itu meningkatkan penghargaanku pada diriku sendiri, haha!

Tiga hari jaga di klinik di pinggiran metropolitan pada minggu yang berbeda. Minggu pertama pasien paling mengesankan adalah pasien KDK (kejang demam kompleks), yang setelah kudiskusikan dg ’supervisor’ku ternyata sudah masuk status konvulsivus. Dan alhamdulillah menurut beliau langkah yang kulakukan sudah benar, dengan segera merujuknya ke rumah sakit terdekat setelah memberikan stesolid dan proris rektal, oksigen, dan (sedikit) menenagkan ibunya. Di hari pertama itu juga rasanya aku dites untuk mengambil darah balita. Wah, tau sendiri aku paling phobi kalau disuruh nusuk anak2, sudah pembuluh darahnya kecil, gerak melulu, ditambahnya akunya yang kurang terampil. Tapi perawat itu sungguhan tidak bisa melakukannya. Ia sudah mencoba beberapam kali, beberapa lama, hingga kemudian ia tampak menyerah dan memintaku melakukannya. Hm, aku tak yakin, api akan kucoba. Kutanya sebelah mana yang belum ditusuk, ternyata di punnggung kakinya, ada gambaran vena superfisial tipis, tapi lumayan jelas, jadi seharusnya aku bisa kan? Tak kan ada yang percaya aku bisa sampai aku mempercayai diriku sendiri, jadi kulakukan saja, dan alhamdulillah berhasil walau cuma dapat 1 cc. Tuhan Maha Baik, aku sudah hampir menyuruhnya pergi, tapi aku tahu aku harus melakukan yg terbaik semaksimal mungkin dulu.

Pada minggu kedua, pasien paling unik adalah gadis ABG yang digotong masuk beberapa lelaki muda. Ia pingsan. Aku langsung meminta ijin pada pasien yang sedang kuperiksa untuk menangani kasus itu dulu. Ketika kudekati, menilai dengan cepat keadaan umumnya, tanda vitalnya, aku tahu, aku pernah menemui kasus seperti ini sebelumnya, tidak ada yg perlu dikhawatirkan. Matanya terpejam, tapi aku tahu tidak sungguh2 terpejam. Saat dipanggil2 dan kutepuk pelan, ia menyahut dan mengeluh sakit kepala. Ia berpura2, atau mungkin lebih tepatnya ia ingin lari tapi tak menemukan tempat bersembunyi sehingga memejamkan mata dan menjadi sakit adalah pilihan yang paling mudah. Ya, dia pasien konversi histeri, kutulis demikian di statusnya saat perawatku bertanya, ia akan baik2 saja. Yang menyentuh hatiku, gadis itu masih sangat muda, masih anak2, entah apa masalahnya karena yg mengantar bercerita dengann tidak begitu jelas dan aku tidak berniat mengorek2nya. Ia seumuran adik bungsuku, seharusnya ia aman di rumahnya, di tengah2 keluarganya. Saat pasienku habis, dan berkesempatan mendekatinya berdua saja, aku mengatakan agar ia tenang dan tegar, ia tak sendirian, dan ia bukan berada di posisi yang terburuk. Oya, namanya mencerminkan agamanya, jadi dengan jelas kuingatkan untuk percaya pada Tuhannya. Setelah ia makan dan minum obat, ia bisa pulang dengan menyunggingkan senyum. Betapa bahagianya aku mendengar ucapan terimakasihnya yang tulus. Aku tidak berhak untuk menerimanya, tapi aku rasa aku cukup berhak untuk ikut bahagia.

Di minggu ketiga aku terkejut waktu diberitahu ada insentif dari RS dimana kurujuk pasien KDK 2 minggu yang lalu. Aku baru tahu ada program macam itu, kerjasamakah, ataukah ini cara mereka menarik pasien? Entahlah. Hari itu pasien yang paling mengesankan adalah seorang wanita setengah baya yang datang dengan dibopong. Sebelumnya perawatku mengatakan bahwa tadinya dia hanya mau cek asam urat, tapi sayangnya lab sudah tutup. Hey, itu bukan ’sayangnya’, itu adalah ’untungnya’. Karena setelah kuperiksa ia menunjukkan tanda2 stroke progresif, bukan sekedar asam urat. Tadinya aku percaya saja kata2 keluarga yang mengantarnya. Tapi bukan dokter namanya jika tida melakukan pemeriksaan fisik kan? Di situlah aku baru merasakan kepentingannya. Ketelitian penilaian kita sangat menentukan diagnosis, yang berarti juga menentukan pengelolaan selanjutnya. Pasien itu kurujuk dengan pesan2 yang tegas agar tak menundanya sama sekali. Dokter tahu betapa mengerikannya penyakit itu, tapi orang awam belum tentu mengerti, jadi kewajiban dokterlah melakukan yang terbaik untuk mereka. Alhamdulillah Tuhan masih melindungiku sampai sekarang, aku harap akan demikian dan semakin demikian.

Oya, sebagai penutup, pasien terakhir kemarin memberikanku pelajaran agar sebagai seorang dokter kita harus yakin dan tidak mudah menyerah. Aku ekstraksi corpus alienum dari CAE seorang bocah. Hampir saja, sudah terpikir, untuk merujuknya ke spesialis THT, tapi....ah tidak, sampai kuusahakan semampuku. Dan akhirnya dengan pinset bayonet itu alhamdulillah ekstraksi berhasil dilakukan. Anak itu tersenyum lega, hilang sudah keluhan telinganya. Aku ikut tersenyum lega, lega luar biasa. Terimakasih untuk semua anugrah kebahagiaan itu ya Tuhan. Sungguh, kebahagiaan mereka adalah kebahagiaanku juga.

Friday, February 5, 2010

Being A Doctor

Profesi ini ternyata tdk ringan. Senantiasa membuatku beristighfar stlh pasien keluar dari ruangan, dan mengucap ayat2 al qur'an apa saja yg kuingat saat sedang melakukan tindakan. Aku baru merasakan tgjwb yg begitu bsr. Ketika kita tdk bs fokus pd pasien, krn blm selesai kita memikirkan mslh pasien yg satu sudah saatnya kita mengambil keputusan dan menulis resep lalu beralih ke pasien berikutnya, yg juga tak ingin kita buat menunggu lama krn ia kemaripun sudah menahan sakitnya. Hingga akhirnya keluhan2 mereka terdengar sama, membuat kita melakukan manuver yg sama, lalu mengulang kata2 nasehat yg sama. Kita tdk ingat namanya, kita hanya ingat (spt judul2 laporan semasa koass dulu) 'seorang wanita 20th dengan bla bla bla'. Jd kita menyebutnya, oh anak dg suspek megakolon itu!
Bukankah itu melelahkan? Membosankan, dan menumpulkan analisis serta kepekaan kita?
Kita kadang butuh sebuah rehat, bukan sekedar rehat untuk memejamkan mata dan meluruskan badan, tp juga rehat untuk mengantisipasi keterkejutan kita, untuk memahami mslh pasien kita, untuk berdiskusi akan kekurangan kita. Lalu menginsyafinya. Saat itulah kita bljr untuk mjd kita yg lbh baik, berprofesi dg cara yg lbh baik, bersimpati dg sgala perasaan yg baik, kita tdk cukup lelah untuk mjd lbh baik. Sebab kenyataannya kebahagiaan kita bukan pd sekedar materi saja. Kebahagiaan kita adl kepercayaan mereka,terimakasih tulus mereka, dan kekeluargaan yg kemudian sukarela mereka utarakan.
Tgjwb profesi ini bsr, jauh lbh bsr drpd upah materinya, tp saya rasa sepadan dg semua kepercayaan mereka. Kepercayaan pasien pd dokternya. Itulah sebabnya kita tdk boleh berhenti belajar, berusaha, dan bahkan berdoa untuk mereka. Kesembuhan memang bukan di tgn kita, tp kita ikut bertanggungjwb atasnya.
Semoga kita dpt menjalankan amanah itu dg sebaik2nya.

Thursday, January 7, 2010

TGQS

Mengapa saya gemar / tergila2 / kata ayah saya ketagihan drama korea yg satu ini? Saya rasa, ini pembelaan saya, pembelajaran yang dapat saya ambil sambil asyik nonton akting para pemerannya.


Kepedean Chuncu: meskipun masih muda dan tidak punya dukungan tapi dengan kelebihannyanya, yaitu kecerdasan dan kemampuan diplomasi, Chuncu menunjukkan bahwa org yg muda punya kelebihan dalam kemudaannya (dalam usia dalam hal pemikiran), dengan itu ia bisa menandingi yang lebih tua, dan menyusun basis kekuatannya sendiri, bersaing meraih keinginannya tanpa perlu merasa minder atau tak berdaya. Sepertinya saya harus banyak belajar padanya =)


Kepemimpinan Yushin: Yushin mengatakan bawa mempertahankan kepercayaan rakyat terhadap pemimpinnya lebih sulit daripada mempertahankan cinta pria dan wanita. Makanya ia memilih mengorbankan diri (dan cinta)-nya demi rakyatnya, dan itu adalah hal yang di kemudian hari memberikan kemampuan padanya untuk menyatukan tiga negara, seperti yang diimpikannya. Saya jadi bertanya2, hari gini masih adakah pemimpin sekaliber dirinya dalam menjaga kepercayaan rakyat dan menjadi apa adanya (bahkan terkesan bodoh? ^.^)


Keeleganan Mishil: mungkin kalau cowok akan saya sebut kejantanan, tapi Mishil adalah seorang wanita, wanita yang cerdas (atau licik?), berambisi, dan pengendali yang baik. Orang2 bisa setia padanya tentu bukan tanpa alasan. Ia bisa menyatukan berbagai pihak dengan cara memahami keinginan masing2 pihak, memenuhi kebutuhan mereka, hingga kemudian menggunakan kesetiaan yang diperolehnya untuk mencapai tujuannya. Pantas jika putri Deokman senang mempunyai musuh seperti Mishil, karena dari Mishil-lah ia bisa banyak belajar.


Keyakinan Deokman: sejak menyatakan dirinya menginginkan tahta Shilla, tidak sedikit tantangan yang harus dihadapi Deokman. Dari awal ia telah memutuskan mengorbankan perasaannya. Ia belajar dari musuhnya. Dan ia terus belajar dari sejarah meskipun ia telah memenangkan duel otak dengan strategi2 yang tidak konvensional. Kekuasaan yang dimilikinya tidak serta merta untuk memenuhi ambisi pribadinya (suatu hal yang berbeda dari Mishil). Deokman adalah ‘tuan negeri ini’, yang artinya ia mendedikasikan semua itu untuk rakyatnya, orang2 yang dipimpinnya. Pantaslah orang2 dapat mempercayainya dan menjadikannya sebagai pemimpinnya, karena mereka yakin mimpi Deokman adalah mimpi mereka juga.