Thursday, March 5, 2009

Bagian Terindah Sebuah Cerita

Bagian terindah dari sebuah cerita itu, kutemukan bukan pada ending-nya, tapi bagaiamana cerita itu mencapai ending-nya.

***

Mataku berkaca-kaca. Berulangkali kali berkaca-kaca. Malu sih sebenarnya. Tapi apa daya, “Biar ga bersisa,” alasanku pada tetes yang terakhir. Tapi aku harap itu bukan yang terakhir. Nanti akan bersambung lagi, tapi bukan dihadapan manusia kaya’ gini, benar2 memalukan.

Awalnya di undian itu. Ketika aku tahu pengujiku dan memberitahu orang lain yang bertanya siapa pengujiku, entah kenapa wajah orang2 itu ikut prihatin. Like I’d face my doom day. Hey, aku sudah melewati lebih dari 10 stase koass, so many battles I’ve past, masa’ aku mau kalah di pertarungan ini? Yang benar saja. Nanti saja santai2nya, kalau sudah tua, kalau sudah renta, ga bisa apa2, terserah deh mau tidur berapa masa. Tapi kalo sekarang menyerah, no way lah.

Jadi, mungkin aku sengaja juga, saat memilih pasien baru itu sebagai pasien ujianku. Efusi kiri full, pikirku aku jadi ga perlu pf jantung. Entah kenapa, inginnya menghindar malah membuatku terjebak. Pasien itu ternyata pasien jantung!

Diagnosaku benar2 meleset. Dan itu terjadi di hari aku ujian.

“Dokter menegakkan diagnosis dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Kalau pemeriksaan fisik salah, maka diagnosanya juga salah!”

Pengujiku meniggalkanku dengan kata2 itu terus terngiang di telingaku. No examination today.

Aku sudah melakukan semua yang aku bisa. Mungkin Tuhan mengerti. Jadi beliau memberiku satu kesempatan lagi. Seperti Tuhan telah memberikanku beribu2 kesempatan. Kesempatanku untuk kembali. Yang seringkali aku indahkan. Mungkin Tuhan cuma mau aku kembali. Menyebut namaNya, dan memohon.

Masa’ harus begini caranya, Lin?

Hasilnya sudah ada kok, Lin. Tinggal prosesnya… Proses yang sungguh2, dan permohonan yang sungguh2.

Maka kutuliskan, bukan hanya di note pad-ku, tapi juga di hatiku, bismillahi tawakalna alaullah…

***
Seperti sebuah cerita bagiku, barangkali, itu juga yang ingin Tuhan lihat dari kita, dari makhluk yang telah ia tetapkan 4 hal darinya: rizki, ajal, amal, dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Tuhan ingin sebuah proses. Proses yang akan membuat kita sempurna sebagai makhluk. Hingga ketika kita pulang, kita bisa mengatakan, ini lho Robb yang aku lakukan… Hasilnya, sungguh terserah Tuhan.

1 comment: