Tuesday, May 19, 2009

Kesedihan Dalam Hitam dan Putih

Hari ini aku melihat kesedihan dalam bentuk yang lain, dengan warna yang lain, yang hanya terdiri dari dua pilihan, hitam atau putih.

Anda yang pernah belajar anatomi tentu mengerti apa arti warna2 itu pada kertas karbon yang terpapar sinar-x. Bentuk dari kedua warna itu hanyalah bukti. Bukti kecil akan kelemahan manusia, bukti akan kekuasaan Tuhan, dan bukti bahwa kesedihan itu tidak memilah-memilah pada apa dan siapa. Teman sejawat yang baik juga bisa kena, seorang dokter senior, bahkan seorang direktur rumah sakit.

Apa itu lebih menyedihkan dari kasus2 yang terjadi pada pasien jamkesmas?
Itu hanya agak lebih ironi. Agak lebih menyentakku. Mengingatkanku sekali lagi, bahwa kita tetap bukan siapa2, jika berhadapan dengan kuasaNya.


***


Sayang disini tak bisa dicantumkan foto hasil sistografi pasien mengingat rahasia medis dan masalah etik. Foto ini adalah sistogram normal, untuk gambaran saja.

Pemeriksaan sistografi adalah salah satu pemeriksaan pencitraan, seperti yang telah disebutkan tadi, menggunakan sinar-x. Tujuannya tercermin dari namanya, menggambarkan anatomi vesika urinaria atau kandung kemih. Dari sana kita dapat melihat berbagai kelainan. Misalnya fistula (saluran yang menghubungkan dua rongga yang sudah ada di dalam tubuh), sistitis (radang pada kandung kemih), atau refluks vesikouretra (pembalikan arah aliran kemih). Pemeriksaan ini menggunakan zat kontras yang dimasukkan ke dalam kandung kemih agar kandung kemih dapat terlihat. Zat kontras tersebut dimasukkan melalui uretra atau saluran kemih dengan menggunakan kateter.

Bukan pemeriksaan yang menyenangkan kedengarannya. Dan tidak mudah juga karena butuh kerjasama yang baik dengan pasien. Kadang dibutuhkan foto RLD (pasien miring ke kanan) atau posisi2 lainnya.

Pasien ini pasien Garuda, kelas terbaik di rumah sakit ini. Jika biasanya koass diperbolehkan masuk untuk membantu persiapannya, kali ini aku cukup senang hanya melihat dari balik kaca ruang operator tanpa terpapar sinar radiasi. Jika biasanya ruangan operator itu lengang, saat itu kami berdesakan. Supervisor kami turun langsung, otomatis lebih banyak residen dan koas yang penasaran. Sebelumnya sempat ku lihat status pasien ini, riwayat penyakitnya, hasil labnya, tak lupa identitasnya. Dan itulah yang menarik, pasien kami bukan pasien biasa, selain pasien VIP, riwayat penyakitnya yg panjang dengan catatan medik setebal itu, ia juga seorang dokter.
Saat kontras masuk, dan gambar mulai di ambil, kami dapat melihat ada yang tidak beres dengan warna putih yang seharusnya merata berbentuk bulat khas kandung kemih. Ada warna putih yang keluar dari batas itu, bukan hanya di satu sisi tapi juga di sisi lain, kanan, kiri, belakang, terlalu banyak kontras yang keluar ke ruang intraperitoneal.

“Apa itu? Fistel?” bisik temanku. Aku diam karena tak yakin.

Foto diambil dari berbagai posisi sehingga dapat dilihat dengan jelas (dengan dua warna itu saja, hitam dan putih) apa yang terjadi pada kendung kemih sang pasien. Lalu diskusi kecil di ruang operator itu menyimpulkan satu hal: ruptur kandung kemih.

Pertanyaan selanjutnya adalah, kok bisa? Seorang dokter, seseorang yang tentu sangat mengerti apa itu ruptur kandung kemih, bahkan ternyata seorang direktur rumah sakit, mengalami hal se“mengerikan” itu???


***


Siangnya, residen yang menangani kasus itu kebingungan menulis apa dan akan meminta pengesahan pada siapa. Dua dokter spesialis senior yang ada saling lempar tentang siapa yang akan menandatangani hasil pemeriksaan itu.

Sementara aku masih terdiam, menyaksikan ironi kehidupan, yang perlahan menelusupkan kesedihan, namun juga sekaligus kesadaran. Kita memang bukan siapa-siapa.

No comments:

Post a Comment