Wednesday, May 13, 2009

That Spirit of Life

Hari ini, di radioterapi, aku berjalan cepat melintasi ruangan itu, ruang tunggu yang dipadati pasien. Pasien… Pasien2 tanpa harapan, pasien2 yg waktu hidupnya ‘bisa dihitung’, pasien2 yg menunggu...

Aku tidak ingin mengangkat kepala sebenarnya, tapi aku tak punya alasan tidak melakukannya tanpa teman disampingku untuk mengalihkan perhatian. Dan kemudian aku bisa melihat wajah2 mereka. Wajah yang mengingatkan aku pada satu orang. Yang tidak pernah aku lupa. Yang kemudian membuat kerinduanku membuncah. Dan membuat hatiku merintih. Dan tiba2 saja kaca2 bening itu hadir di pelupuk mata.

Seorang wanita kurus kering dengan posisi duduk membungkuk, wanita lain dikursi roda menutupi sebagian bawah wajahnya dengan kerudungnya, bapak2 dengan dengan coretan hitam di wajahnya memegangi botol bersedotan, dan yang lain dengan tampilan fisik yang menyayat hati dan membuat orang awam bertanya2, kenapa mereka?

Seorang bapak2, mungkin penunggu pasien menatapku heran karena berjalan begitu cepat. Aku melihat lurus ke depan, tapi pandanganku masih kabur, jika bukan di keramaian mungkin kristal2 itu sudah pecah seketika.

Apa kau tahu arti semua itu? Arti semua pengorbanan dan kepasrahan itu?

Lihat matanya... Matanya hidup, matanya bukan mata orang yang kalah, mata mereka adalah mata seorang pejuang.
Semangat mereka...yang bahkan tidak dimiliki orang biasa yang sehat. Semangat itu yang membuat mereka bertahan, entah dengan alasan apa. Semangat itu juga yg membuatnya bertahan, dan entah sampai kapan.
Jika sudah demikian ’hitungan waktu’ itu menjadi tidak penting. Bukankah esensi kehidupan adalah pada isinya, bukan lamanya...?

***

Tuhan, maukah Kau berbaik hati…sedikit saja, jika bukan untukku, tolonglah untuk ibuku...
Maukah kau Tuhan, mencabut semua rasa sakitnya, menghapus semua dosa2nya, meringankan segala urusannya, membahagiakan setiap bagian dari hidupnya. Ibu yang selalu melakukan yg terbaik untukku, lalu ia meminta maaf kepadaku malam ini… Anak macam apa aku, Tuhan... Aku yg seharusnya meminta maaf padanya, krn begitu byk kesalahan yg kulakukan, krn begitu byk kewajiban belum kulakukan.
Tuhan, maukah melindung ibuku yg selalu mendoakanku, membesarkanku tanpa minta imbalan, hanya ingin aku jd hambaMu yg baik….
Tuhan maafkan aku… Tolong dengar aku sekali ini, maukah Kau berbaik hati……

1 comment:

  1. Jangan kau tanya pada Tuhan mau ato gak Dia berbaik hati...Karena Dialah yang arRahman & arRahim, Dia juga telah berjanji akan mengabulkan permintaan hamba_Nya jika ia mau berdo'a...Dia juga YangmahaMendengar...
    Semoga Allah senantiasa melindungi Ibunda Ulin,...

    ReplyDelete