Monday, May 24, 2010

Untuk Lelaki Tegar di Sampingnya



Wajah itu, ekspresi itu, tentu aku mengenalnya. Penyiar televisi mengatakan ia tampak terpukul. Ya, tentu saja, ia terpukul, tapi tidakkah kau lihat ketegarannya?
Lelaki itu BJ Habibie di pemakaman Ainun-nya.

***

Bapak, ketika itu, melepas semua prakteknya, meninggalkan pekerjaannya, menghabiskan semua waktunya di sampingnya, hanya di sampingnya. Setiap waktu sholat ia membimbingnya, mulai dari mengambil wudhu/tayamum untuknya, memasangkan mukenahnya, hingga mengimaminya. Di akhir sholat, doa yang panjang adalah untuknya, teman yang telah menemaninya hampir sepanjang hidupnya, disaat terbaik maupun terburuknya.

Itu juga yang kulihat pada dirinya, ketika ia harus menetap di Munchen bukan di Indonesia. Ia bukannya tidak nasionalis seperti yang dituduhkan segelintir orang. Tapi ini adalah bukti cintanya yang sangat dalam, tulus, dan konsisten seperti janjinya di titik awal pernikan mereka. Empatpuluhdelapan tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk menguji kesetiaan mereka, tapi teramat sebentarnya bagi ia yang merasakan kenangan indah itu milik berdua.

***

Berikanlah kesabaran, keikhlasan, ketegaran dan kekuatan iman dan ketaqwaan. Hingga suatu saat kelak insan yang saling mencintai itu bisa kembali bersatu di surgaMu.

No comments:

Post a Comment